Bisnis.com, JAKARTA - Koordinator Pusat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) SI Kaharuddin angkat bicara menanggapi pernyataannya yang viral di media sosial.
Sebelumnya, pada acara yang dipandu oleh Hotman Paris pada Kamis, 14 April 2022, ia menyebut bahwa kondisi orde baru (Orba) lebih memberikan kebebasan dan kesejahteraan dibandingkan masa reformasi. Sontak pernyataannya itu mendapat beragam kritikan dari warganet.
Namun demikian, belakangan ia meralat pernyataannya itu dan dianggap salah ucap.
“Saat forum itu kan ditanya terkait tentang apa yang belum tercapai. Jadi sebenarnya poin besarnya itu tentang kesejahteraan dan kebebasan,” kata Kaharuddin.
Kaharuddin mengklarifikasi pernyataannya tersebut. Adapun yang dimaksudnya adalah bahwa pada orde lama rakyat relatif mendapatkan kebebasan, tapi kurang mendapatkan kesejahteraan. Sedangkan pada orde baru rakyat mendapat kesejahteraan, tapi tanpa kebebasan dan keadilan.
Baca Juga
Menurutnya, era Reformasi seharusnya menjadi sintesa dari orde lama dan orde baru, yaitu rakyat mendapatkan kesejahteraan dan kebebasan.
“Saya mengomparasikan atau membandingkan (antara Orde Lama, Orde Baru dan era Reformasi) sehingga saat ini kita bisa melihat secara keseluruhan untuk mempelajari sejarah. Artinya, apakah hari ini kita memperoleh kesejahteraan? Apakah hari ini kita memperoleh kebebasan dan keadilan? Yang bisa menjawab itu kan kita semua,” kata dia.
Terkait kritik yang dilayangkan warganet, Kaharuddin menganggapnya sebagai hal yang wajar. Menurutnya, menyampaikan pendapat adalah hak semua orang di negara demokrasi. Adanya pro dan kontra merupakan pertanda bahwa setiap orang memiliki cara pandang masing-masing.
Kaharuddin mengaku tidak masalah dikritik. Sebab, kata dia, berani mengkritik berarti harus siap dikritik.
“Kalau saya pribadi tidak masalah dikritisi, di saat kita mengkritik ya kita siap dikritik,” kata dia.
Kendati mendapatkan kritikan dari warganet terkait pernyataannya, Kaharuddin mengatakan hal itu tak membuatnya surut semangat untuk mengkritisi pemerintah.
Sebagai pengawas dan pengontrol kebijakan, menurut dia, mahasiswa harus tetap tegak lurus pada oposisi.
“Kalau yang digoreng itu ya biasalah, pro kontra,” tutupnya.