Bisnis.com, JAKARTA - Selain kasus demam berdarah, Indonesia juga tengah dilanda kasus Japanese Encephalitis yang lagi-lagi disebarkan oleh nyamuk.
Japanese Encephalitis (JE) adalah penyakit radang otak (Ensefalitis) yang disebabkan oleh virus JE yang bersumber dari hewan (zoonosis) dan ditularkan melalui vektor penyebar virus JE yaitu nyamuk Culex yang terinfeksi virus JE.
Berikut fakta-fakta radang otak Japanese Encephalitis yang perlu diketahui:
1. Radang otak Japanese encephalitis datang dari hewan
Reservoar virus yang satu ini adalah babi, kuda serta beberapa spesies burung dan nyamuk culexlah yang membawa virus ini. Perlu diperhatikan, nyamuk ini biasanya ditemukan sekitar rumah, sawah kolam, selokan atau daerah yang selalu digenangi air.
Nyamuk Culex sifatnya antrosoofilik yang tidak hanya menghisap darah binatang tapi juga darah manusia, karena itulah melalui gigitan nyamuk dapat terjadi penularan JE dari hewan kepada manusia. Namun, manusia merupakan dead-end host untuk JE, artinya manusia tidak menjadi sumber penyebaran virus JE
2. Virus JE merupakan penyebab utama kejadian penyakit ensefalitis virus di Asia
WHO (2012) menggambarkan bahwa negara-negara berisiko JE ditemukan hampir di seluruh wilayah Asia antara lain Jepang, Korea, India, Srilanka, dan Indonesia serta sebagian northern territory di Australia. Seperti di negara-negara lain, di Indonesia jumlah kasus JE didapatkan melalui surveilans Acute Encephalitis Syndrome (AES).
3. Gejala 4-14 hari
Tanda dan gejala Ensefalitis biasanya muncul antara 4-14 hari setelah gigitan nyamuk (masa inkubasi) dengan gejala utama berupa demam tinggi yang mendadak, perubahan status mental, gejala gastrointestinal, sakit kepala, disertai perubahan gradual gangguan bicara, berjalan, adanya gerakan involuntir ekstremitas ataupun disfungsi motorik lainnya.
Baca Juga
Pada anak, gejala awal biasanya berupa demam, iritabilitas, muntah, diare, dan kejang. Kejadian kejang terjadi pada 75% kasus anak. Sedangkan pada penderita dewasa, keluhan yang paling sering muncul adalah sakit kepala dan gejala peningkatan tekanan intrakranial.
4. Berisiko kematian
JE bisa menyebabkan kematian, angka kematian akibat JE berkisar antara 5 – 30%. Angka kematian ini lebih tinggi pada anak, terutama anak berusia kurang dari 10 tahun.
Bilapun bertahan hidup, bisanya penderita seringkali mengalami gejala sisa (sekuele), antara lain gangguan sistem motorik (motorik halus, kelumpuhan, gerakan abnormal), gangguan perilaku (agresif, emosi tak terkontrol, gangguan perhatian, depresi) atau gangguan intelektual (retardasi).
5. Belum ada obat untuk penyakit radang otak JE
Dikutip kemenkes.go.id (17/11/2023) sampai saat ini belum ada obat khusus untuk menyembuhkan penyakit ini, hanya dapat mengurangi gejala (mencegah perburukan kasus). JE dapat dicegah dengan pemberian imunisasi dan menghindari gigitan nyamuk (vektor penular JE).
Adapun intervensi yang paling utama dalam pencegahan dan pengendalian JE adalah pengendalian vektor baik secara kimiawi maupun non kimiawi, menjaga kebersihan lingkungan permukiman dan peternakan bebas dari habitat perkembangbiakan nyamuk penular JE, penguatan surveilans, dan imunisasi JE pada manusia di samping vaksinasi hewan (babi, kuda dan unggas). Imunisasi merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah JE pada manusia. (Maria Elfika Simplisia)