Bisnis.com, JAKARTA - Bagi sebagian masyarakat Indonesia terutama yang bersuku Jawa, mengungkap kecocokan jodoh tidak hanya ditentukan oleh kesamaan minat atau sifat, namun juga melalui sebuah perhitungan yang dikenal sebagai "Weton Jodoh."
Weton jodoh merupakan sistem penanggalan yang berasal dari tradisi kalender Jawa yang dipercaya memiliki kemampuan meramal atau menilai potensi kecocokan antara dua individu dalam sebuah hubungan berdasarkan hari kelahiran mereka.
Konsep weton jodoh melibatkan perhitungan hari-hari dalam kalender Jawa untuk menentukan kesesuaian atau kompatibilitas antara dua orang sebelum mereka memasuki sebuah hubungan lebih dalam.
Penafsiran weton jodoh biasanya dilakukan dengan melihat hari kelahiran kedua individu yang akan menjalin hubungan. Di kalangan yang mempercayai weton jodoh, keyakinan tersebut mendasarkan pada anggapan bahwa tanggal kelahiran mempengaruhi sifat, kepribadian, dan nasib seseorang.
Dengan demikian, weton jodoh dianggap dapat memberikan petunjuk awal mengenai potensi keserasian atau konflik dalam hubungan tersebut.
Namun demikian, perlu diingat bahwa weton jodoh lebih merupakan bagian dari keyakinan atau mitos dalam budaya Jawa dan bukanlah metode ilmiah yang dapat diandalkan sepenuhnya dalam menentukan kecocokan pasangan.
Baca Juga
Cara Menghitung Weton Jodoh
Langkah pertama dalam menghitung Weton Jodoh adalah menentukan neptu atau angka dari hari lahir, serta pasaran baik dari diri sendiri maupun pasangan.
Sebagai contoh, jika seseorang lahir pada hari Kamis Wage (8 + 4 = 12) dan pasangannya lahir pada hari Rabu Pon (7 + 7 = 14), maka total hitungannya adalah 12 + 14 = 26. Hasil ini kemudian akan diinterpretasikan untuk melihat tingkat kecocokan.
Berikut adalah tabel neptu dari hari dan pasaran untuk referensi perhitungan Weton Jodoh:
Hari | Neptu | Pasaran | Neptu |
Minggu | 5 | Legi | 5 |
Senin | 4 | Pahing | 9 |
Selasa | 3 | Pon | 7 |
Rabu | 7 | Wage | 4 |
Kamis | 8 | Kliwon | 8 |
Jumat | 6 | ||
Sabtu | 9 |
Makna Hasil Perhitungan Weton Jodoh
Berdasarkan hasil perhitungan, terdapat beberapa klasifikasi dan makna yang mungkin terjadi antara dua orang berdasarkan Weton Jodoh:
- PEGAT (hasil penjumlahan: 1, 9, 10, 18, 19, 27, 28, 36): Pasangan dengan hasil ini mungkin akan menghadapi banyak masalah dalam kehidupan. Namun, dengan restu dan doa dari keluarga, hubungan mereka dapat berjalan dengan aman.
- RATU (hasil penjumlahan: 2, 11, 20, 29): Jodoh yang sempurna. Keharmonisan dan kebahagiaan keduanya sangat dihargai dan diakui oleh banyak orang.
- JODOH (hasil penjumlahan: 3, 12, 21, 30): Pasangan yang ditakdirkan untuk bersama. Mampu menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing, menjalani kehidupan yang harmonis hingga tua.
- TOPO (hasil penjumlahan: 4, 13, 22, 31): Mungkin ada kesulitan di awal pernikahan, terutama terkait ekonomi. Namun, seiring waktu, semuanya akan membaik.
- TINARI (hasil penjumlahan: 5, 14, 23, 32): Diberkahi dengan kebahagiaan dan kemudahan dalam rezeki, serta diliputi keberuntungan.
- PADU (hasil penjumlahan: 6, 15, 24, 33): Mungkin mengalami pertengkaran dalam rumah tangga, tetapi masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki hubungan.
- SUJANAN (hasil penjumlahan: 7, 16, 25, 34): Peringatan akan kemungkinan masalah dalam rumah tangga, dari pertengkaran hingga persoalan serius lainnya.
- PESTHI (hasil penjumlahan: 8, 17, 26, 35): Rumah tangga yang harmonis, tenteram, dan sejahtera hingga usia tua, meskipun mungkin ada beberapa masalah kecil.
Secara keseluruhan, perhitungan Weton Jodoh hanya merupakan salah satu cara dalam mencari pemahaman dan kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan. Meskipun sifatnya mistis, masyarakat menggunakan ini sebagai panduan atau pijakan untuk lebih waspada dan bijak dalam menghadapi lika-liku kehidupan.
Penting untuk diingat bahwa hubungan tidak hanya ditentukan oleh perhitungan semata. Komitmen, pengertian, dan kerja keras untuk saling mendukung juga merupakan faktor penting dalam menjaga keharmonisan hubungan jangka panjang.
Pengambilan keputusan untuk menjalin hubungan sebaiknya tidak hanya bergantung pada weton jodoh semata, tetapi juga mempertimbangkan berbagai faktor lain seperti kesamaan nilai, komunikasi, dan pengertian satu sama lain.