Bisnis.com, JAKARTA - Konstelasi politik jelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) Serentak 2024 diwarnai dengan kisah kekisruhan di internal partai politik. Setelah Partai Golkar, konflik yang terjadi antara PKB dan PBNU kian meruncing.
Alih-alih menyatukan kekuatan di akar rumput, para elite justru berebut pucuk kekuasan di internal partainya. Kondisi itu yang kini tengah dialami oleh Partai Golkar.
Ketua Umum, Airlangga Hartarto tak lagi kuat menahan akar dari partai berlambang pohon beringin itu. Airlangga pun menumbangkan jabatannya.
Banyak tudingan bahwa ada kekuatan besar di balik keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian itu.
Selain isu kekuatan besar, 'krisis kepemimpinan' Partai Golkar juga dikaitkan dengan manuver partai berlambang beringin dalam Pilkada 2024.
Setali tiga uang, kondisi tersebut juga tengah dialami Partai Kebangkitan Bangsa. Perebutan kursi ketua umum pun memanas jelang dilangsungkannya Muktamar PKB pada akhir bulan ini.
Baca Juga
Kendati demikian, Sekretaris Organizing Committee (OC) PKB Zainul Muansichin menuturkan bahwa pihaknya tetap optimistis kondisi yang terjadi di Golkar tidak akan menimpa internal PKB.
“Bagi PKB menurut saya, kita Insyaallah aman-aman saja,” pungkas Sekretaris Organizing Committee (OC) PKB Zainul Munasichin, dalam Konferensi Pers Perkembangan Muktamar di DPP PKB, Jakarta Pusat, Senin (12/8/2024).
Zainul berpendapat bahwa peristiwa tersebut merupakan dinamika yang terjadi di Partai Golkar. PKB tetap menghargai proses yang sedang terjadi internal partai beringin. Dia juga menekankan bahwa setiap partai memiliki wilayahnya masing-masing.
Dia menegaskan bahwa PKB tidak akan terpengaruh dengan kondisi di Golkar. Menurutnya, mereka tetap fokus melaksanakan Muktamar.
“Insyaallah Muktamar PKB akan berjalan dengan lancar, aman dan riang gembira. Jadi tidak perlu ada yang perlu dikhawatirkan,” jelasnya.
Kisruh Kubu Cak Imin vs PBNU
Konflik yang terjadi antara elite PKB dengan elite Pengurus Besar Nahdlatul Ulama kian meruncing. Kedua pihak saling membuka 'borok' masing-masing.
PKB merasa bahwa PBNU tidak berhak untuk mencampuri urusan dapur partai. PKB bukan organ otonom PBNU dan memiliki struktur maupun anggaran dasar dan rumah tangga sendiri.
Sementara itu, PBNU berkukuh bahwa sebagai partai yang lahir dan dibentuk oleh para elite agama NU, PKB seharusnya berada di bawah kendali mereka. Tak tanggung-tanggung, PBNU bahkan membentuk pansus untuk mengembalikan PKB ke 'khittah'-nya.
"Kemarin kan ada perusahaan memproduksi mobil. Sudah dilempar ke pasar, sudah laku, ternyata ada kesalahan sistem di mobilnya. (Maka) ditarik kembali produknya untuk diperbaiki sistemnya," katanya, akhir pekan lalu.
Pernyataan Gus Yahya yang mengibaratkan PKB sebagai mobil rusak membuat gerah Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. Dia segera merespons pernyataan Gus Yahya dengan kalimat lebih lugas.
Cak Imin adalah Ketua Umum PKB sejak 2005 lalu. Itu artinya mantan calon Wakil Presiden pada Pilpres 2024 lalu itu, telah menjabat sebagai orang nomor 1 di PKB hampir 20 tahun.
Adapun Cak Imin awalnya memamerkan perolehan suara PKB yang pada melejit pada pemilihan legislatif atau Pileg 2024 lalu. Dia kemudian menyentil pernyataan Gus Yahya tentang mobil rusak dan balik menuding, yang rusak justru elite PBNU yang sekarang dipimpin Gus Yahya dan Saifullah Yusuf alias Gus Ipul.
"Omongan Yahya dan Saipul enggak laku. Yang rusak itu Yahya sama Saipul, kok PKB ditarik-tarik untuk ikut rusak," katanya.
Sementara itu, PBNU menghadirkan bekas kader Partai Kebangkitan Bangsa alias PKB untuk menghadapi kubu Muhaimin Iskandar alias Cak Imin yang dinilai telah melenceng jauh dari khittah partai. Salah satu tokoh yang hadir adalah Effendi Choirie alias Gus Choi.
Gus Choi adalah bekas kader PKB yang dipecat oleh Cak Imin pada tahun 2013 lalu. Dia dipecat lantaran terlalu kritis terhadap pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). PKB pada waktu itu adalah salah satu partai pendukung pemerintahan SBY.
Adapun Gus Choi telah hadir memenuhi panggilan PBNU untuk menjelaskan posisi Muhaimin Iskandar saat merebut PKB dari Gus Dur.
Dia menjelaskan bahwa undangan itu bukan berasal dari personal Ketum atau Sekjen PBNU, namun Gus Choi mengaku diundang secara kelembagaan oleh PBNU. Maka dari itu, Gus Choi menegaskan bahwa dirinya bakal memenuhi undangan tersebut.
"Saya ini kan sebagai kader NU juga harus menghormati undangan PBNU. Jadi yang tanda tangan surat Waketum dan Wasekjen PBNU, tembusannya Rois Aam dan Ketum PBNU, jadi ini tuh bukan undangan orang-perorang PBNU, tapi institusi PBNU, karena itu saya harus hadir untuk menghormati dan takdzim kepada PBNU," tuturnya di Jakarta, Rabu (7/8/2024).
Ma'ruf Amin Siap Turun Tangan
Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin bersedia menjadi penengah alias juru damai konflik yang terjadi antara elite PKB dan PBNU.
Hal ini dikemukakan Wapres dalam keterangan persnya usai meninjau MuseumKu Gerabah Timbul Raharjo Kasongan, Kajen, Bangunjiwo, Kec. Kasihan, Kab. Bantul, D.I. Yogyakarta, Rabu (7/8/2024).
“Kalau keinginan mereka itu untuk saya dimintai sebagai orang yang bagaimana meng-islahkan, mendamaikan dengan tulus dengan ikhlas, saya sangat bersedia,” katanya kepada wartawan.
Sebab, kata Ma’ruf, mendamaikan dua pihak yang berseteru merupakan perintah agama. Terlebih, dirinya merupakan salah satu pendiri PKB, dan juga pernah aktif di PBNU.
“Apalagi saya juga terlibat dulu waktu pendirian [PKB], bahkan Ketua Dewan Syuro pertama itu saya, sebelum Gus Dur, tentu saya punya [kedekatan],” sebutnya.
Kendati demikian, Wapres Ke-13 RI itu juga menegaskan akan menolak menjadi juru damai, jika kedua belah pihak mendekatinya sekedar mencari “peluru” untuk menyerang satu sama lain.
“Tapi kalau hanya nyari peluru, untuk menghantam yang satu, hanya minta dari saya tapi digunakan untuk peluru, untuk menghantam yang lain, saya tidak bersedia,” tegasnya.
Karena dengan begitu, orang nomor dua di Indonesia itu menilai bahwa, sama saja dirinya justru memicu konflik yang ada menjadi makin besar.
“Tapi kalau saya dimintai untuk mendamaikan, mereka ingin berdamai mencari solusi, tentu saya sangat siap untuk melakukan itu,” tandas Ma’ruf