Bisnis.com, JAKARTA - Ridwan Kamil membuat klarifikasi tentang cuitan-cuitan lamanya di media sosial Twitter, yang kembali muncul salah satunya saat aksi unjuk rasa menolak RUU Pilkada pada Kamis (22/8/2024).
Adapun, cuitan-cuitan Ridwan Kamil yang digunakan para pendemo di antaranya tentang kritiknya terhadap kinerja Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan kritikannya terhadap Jakarta.
Dalam klarifikasinya yang diunggah pada Minggu (25/8/2024), Ridwan Kamil mengatakan cuitan tersebut diunggahnya sekitar 12 tahun sampai dengan 15 tahun yang lalu pada saat dirinya belum menjadi pejabat publik.
Dia membenarkan bahwa pada saat itu dirinya aktif aktif menggunakan Twitter --saat ini berganti nama X--.
"Sebagaimana nature-nya platform tersebut, saya berekspresi secara bebas. Kadang penuh kritik pedas, kadang nyindir, sering juga nyinyir. Sering saya katakan di mana-mana, dulu saya adalah netizen yang marah—bahkan julid," ujar Ridwan Kamil dalam cuitannya.
Lebih lanjut, Ridwan Kamil mengatakan setelah menjadi pejabat publik, mulai dari wali kota sampai dengan gubernur, dirinya baru merasakan kritikan, sindiran, hingga nyiyiran di media sosial. Hal itu membuatnya tersadar akan potret lama dirinya.
Baca Juga
Menurutnya, setiap orang akan melewati fase-fase untuk menjadi tukang protes, penuh kritik, dan sinisme. Namun, itu semua proses sebelum akhirnya menjadi lebih bijaksana dan tahu diri.
"Ibarat anak-anak yang selalu protes pada orang tuanya, remaja yang rebel, pemuda yang kritis dan sinis, pada saatnya akan jadi orangtua yang melihat dari sudut pandang yang berbeda. Yang akan bilang pada dirinya sendiri, 'Oh gitu ya saya dulu', dan 'Ternyata begini rasanya di posisi ini'," jelasnya.
Ridwan Kamil pun mengakui bahwa cuitan-cuitan lamanya tersebut dinilai kurang bijak, kurang literasi, bahkan kurang sopan. Dia pun turut meminta maaf atas cuitan-cuitannya tersebut.
Menurutnya, unggahannya tersebut tidak dibuat untuk membela diri atau membenarkan perbuatannya.
"Saya tidak membela diri atau berusaha membenarkan. Itu memang saya yang dulu, saya yang kurang bijak. Semua orang pernah protes, tapi proseslah yang akan membuatnya sukses. Katanya masa lalu tidak akan mengubah masa depan, tapi sebaliknya. Maafkan aku yang dulu. Mari kita move on," kata pungkasnya.