"Kalau ke Labuan Bajo, harus coba sunrise atau sunset ke Bukit Sylvia. Cantik sekali."
Driver bernama Tio, warga Labuan Bajo, memberikan rekomendasi wisata yang dekat dengan hotel tempat saya dan kawan menginap pada Sabtu (9/11/2024) malam. Sayangnya, kami harus terbang kembali ke Jakarta pada Minggu siang.
Tio membujuk untuk pergi pada Minggu pagi untuk melihat sunrise, tetapi karena badan lelah usai mengikuti event maraton tahunan pada Sabtu pagi dan dilanjutkan dengan island hopping ke Pink Beach, Pulau Komodo, dan Taka Makassar, saya enggan pergi mendaki pagi-pagi buta.
Saya berencana bangun siang, apalagi tidak ada rencana lain hingga penerbangan pulang. Namun, manusia hanya bisa berencana, Tuhanlah yang menentukan.
Baca Juga : Gibran Bakal Laporkan Hasil Rapat Penanganan Bencana Erupsi Lewotobi Laki-Laki ke Prabowo |
---|
Pukul 7.00 WITA, saat membuka pesan di whatsapp, ada pengumuman jika penerbangan pada Minggu siang dibatalkan karena dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur pada Sabtu malam. Alhasil, mau tidak mau harus tinggal satu malam lagi di Labuan Bajo sembari menunggu kapan bandara kembali dibuka.
"Betul bukan? Memang harus ke Bukit Sylvia dulu," ujar Tio sembari tertawa ketika mengantar saya dan teman-teman untuk melihat sunset pada sore hari.
Memang indah pemandangan di bukit itu. Namun, hati kami tidak terlalu tenang karena masih memikirkan cara pulang ke Jakarta jika kepastian kapan Bandara Komodo kembali dibuka. Tidak hanya rombongan kami yang mencari alternatif jalan pulang, banyak warga luar Labuan Bajo yang juga pusing karena sulit pulang usai mengikuti acara maraton tahunan.
Sekitar 3.000 warga luar Labuan Bajo yang mengikuti event tersebut berbarengan mencari jalan pulang selain menggunakan pesawat.
Kondisi Bandara Komodo, Minggu (10/11/2024) / Annisa Sulistyo Rini
Sebagai informasi, Bandara Komodo ditutup sementara sejak Sabtu (9/11/2024). Dilansir Antara, Bandara Komodo kembali ditutup sementara setelah hasil paper test menunjukkan hasil positif terpapar sebaran abu vulkanik Gunung Lewotobi Laki-Laki.
"Bandara Komodo sedang terdampak akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di mana abu vulkanik sudah masuk pada jalur ruang udara penerbangan dan juga bandara berdasarkan papper test dinyatakan positif," kata Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Komodo Labuan Bajo Ceppy Triono dihubungi di Labuan Bajo, Sabtu.
Otoritas bandara secara berkala akan melakukan paper test guna memastikan Bandara Komodo dan penerbangan dari dan ke Labuan Bajo bebas dari sebaran abu vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki.
Adapun, setelah berdiskusi hingga larut pada Minggu malam, diputuskan kami akan menyeberang menggunakan speedboat menuju Bima, NTB dan dilanjutkan perjalanan ke Lombok untuk kemudian terbang ke Jakarta.
Berbeda dengan rombongan kami, Rina, salah satu pelari asal Jakarta, memilih untuk tetap tinggal di Labuan Bajo dengan harapan abu vulkanik dari Gunung Lewotobi menghilang dan Bandara Komodo bisa dibuka kembali secepatnya.
"Penerbangan awal Minggu 15.25, tapi di-reschedule Senin. Saya coba tunggu dulu," ujarnya.
Namun, ternyata penerbangan pada hari Senin kembali dibatalkan. Hanya satu maskapai yang berhasil terbang pada Senin sekitar 19.38 WITA saat kondisi bandara memungkinkan pesawat untuk lepas landas.
Rina yang kembali mendapatkan penjadwalan penerbangan pada Selasa, cukup optimistis bisa pulang ke Jakarta. Namun sayang, Bandara Komodo kembali tutup pada Selasa pagi.
"Perhatian, kami informasikan bahwa semua penerbangan hari ini dibatalkan demi menjamin keselamatan kita bersama akibat dampak dari letusan Gunung Lewotobi," demikian pengumuman dari pengelola Bandara Komodo pada Selasa (12/11/2024).
Perjalanan Panjang Menuju Lombok
Jika Rina masih tertahan di Labuan Bajo, rombongan kami telah bergerak menuju Lombok, NTB pada Senin (11/11/2024) pagi. Kami menggunakan speedboat dengan kapasitas sekitar 40 orang dan membutuhkan waktu 4 jam untuk sampai ke Bima.
Namun, ketibaan kami di Bima belum separuh perjalanan untuk mencapai Lombok. Rombongan harus menggunakan jalur darat sekitar 11 jam untuk selanjutnya menyeberang ke Lombok yang memakan waktu 2 jam.
Pesan di handphone pun cukup ramai, baik dari kawan yang memastikan kondisi saya, maupun yang juga sedang mencari alternatif.
Andre, kawan dari Bali, mengabarkan memilih menggunakan kapal ke Pulau Sape, untuk kemudian terbang ke Bali dari Bandara Bima pada Selasa pagi. Apa daya, dia pun akhirnya lanjut ke Lombok karena Bandara Bima juga ditutup karena dampak erupsi telah meluas.
"Akhirnya ke Lombok naik mobil karena Bandara Bima juga tutup," jelasnya.
Rombongan lain ada yang memutuskan menggunakan kapal menuju Surabaya yang memakan waktu sekitar 40 jam. Hal ini dikarenakan bandara di Surabaya tidak berisiko terdampak erupsi Gunung Lewotobi, seperti Bandara Komodo dan Bandara Bima.
Penyesuaian Rute Kapal
Sementara itu, PT Pelayaran Nasional Indonesia atau PT Pelni (Persero) melakukan penyesuaian rute kapal penumpang menyusul ditutupnya Bandara Internasional Komodo, Labuan Bajo, akibat letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki.
Sekretaris Perusahaan Pelni Evan Eryanto menyebutkan bahwa penyesuaian jadwal kapal dilakukan untuk memberikan bantuan evakuasi bagi wisatawan yang sedianya terbang dari Bandara Internasional Komodo di Labuan Bajo, tetapi batal akibat penutupan aktivitas penerbangan.
"Permintaan ini segera kami respons dan berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan untuk mendapatkan ijin melakukan penyesuaian rute. KM Egon direncanakan tiba di Labuan Bajo pukul 16.00 dan diberangkatkan pukul 19.00 waktu setempat," kata Evan dalam keterangan resmi, Minggu (10/11/2024).
Kondisi Pelabuhan Bima, Minggu (10/11/2024) / Annisa Sulistyo Rini
Evan menjelaskan KM Egon yang sedianya berlayar dari Waingapu menuju Lembar, akan dideviasikan untuk tiba di Labuan Bajo, NTT, Minggu (10/11/2024) waktu setempat.
Dari Labuan Bajo, KM Egon akan berlayar dengan tujuan Pelabuhan Lembar, Lombok Barat dan dijadwalkan tiba Senin (11/11) pukul 18.00 WITA.
KM Egon merupakan kapal tipe RoRo dengan kapasitas angkut 500 orang dan 85 unit kendaraan roda empat. Rute regular KM Egon sendiri antara lain Surabaya - Batulicin - Pare Pare - Bontang - Pare Pare - Batulicin - Surabaya - Lembar - Waingapu (PP).
"Kami menyampaikan permohonan maaf kepada calon penumpang yang terganggu akibat penyesuaian ini. Semoga imbas letusan Gunung Lewotobi dapat segera berlalu dan masyarakat dapat segera beraktivitas seperti sedia kala," tambah Evan.