Bisnis.com, JAKARTA - Persahabatan Mahfud MD dengan Luhut Binsar Pandjaitan terus terjalin 24 tahun lamanya. Keduanya dipertemukan sejak masuk dalam kabinet pemerintahan Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Dalam kurun waktu lebih dari dua dekade, Mahfud mengaku banyak mendapatkan bantuan berbagai hal dari Luhut. Bantuan langsung yang diterimanya dalam bentuk uang hingga pengawalan ketika Mahfud dalam pusaran konflik dengan lembaga keamanan negara.
Pada 2001-2004, Mahfud bercerita setelah tak menjabat sebagai Menteri Polhukam, dirinya mengikuti jejak Gus Dur di dunia politik dan masuk kek PKB. Dia memutuskan untuk pensiun dini dari posisinya sebagai PNS.
"Pak Luhut tanya tiap minggu saya [bolak-balik] Jogja-Jakarta, 'Pak Mahfud kamu gimana biayanya?' Iya pak saya masih ngajar, meskipun bukan PNS, guru besar masih ngajar kemana-mana, saya punya gaji cukup," cerita Mahfud dikutip dari YouTube Mahfud MD Official, Sabtu (16/11/2024).
Luhut yang juga tak lagi menjabat sebagai menteri, bersikeras untuk memberikan uang kepada Mahfud setiap bulan untuk ongkos tiket pulang dan pergi selama menemani Gus Dur. Kala itu, Luhut disebut telah sukses dalam usahanya.
Tahun 2004, Mahfud terpilih sebagai anggota DPR RI, oleh karena itu dia meminta Luhut untuk tidak lagi memberikan uang. Mahfud berkeyakinan bahwa sesuai dengan aturan anggota DPR dilarang menerima uang di luar gaji. Luhut pun berhenti mengirimkan uang.
Baca Juga
Namun, pada 2006 Luhut kembali menghubungi Mahfud yang kala itu masih menjadi anggota DPR. Luhut merasa dengan gaji yang diterima Mahfud, tidak akan cukup untuk ongkos perjalanan yang ditempuhnya.
"Pak Luhut bilang, 'terus gimana caranya saya bantu kamu?' katanya. Kalau saya bekerja resmi di perusahaan saya bisa dapat, terus Pak Luhut membentuk perusahaan namanya PT Bangun Bejana, saya jadi komisarisnya, entah membuat atau membeli perusahaan orang, tapi saya diangkat komisaris agar saya diberi bantuan, itu November 2006," jelasnya.
Pada 2008, Mahfud terpilih menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), dia pun mengundurkan diri dari perusahaan Luhut dan berhenti menerima bantuan dana dari sahabatnya itu.
Namun, dia kembali mendapatkan bantuan ketika terjadi dirinya sebagai Ketua MK tidak mendapatkan pengawalan dari Polri imbas konflik antara KPK dan Polri pada 2009. Kala itu, 12 pengawal Mahfud mundur.
"Mereka mengundurkan diri rama-ramai sebagai pengawal saya, penjaga rumah, penjaga kantor, pergi 12 orang. Semua serentak mengundurkan diri ketika [saya] menyatakan Chandra Hamzah dan Bibit tidak bersalah," terangnya.
Pada momen tersebut, Mahfud teringat Luhut dan bercerita kondisinya, Luhut pun kaget dan langsung mengutus 2 pengawal dari Satuan Penanggulangan Teror (Gultor) Kopasus, yang merupakan pengawal pribadinya, untuk mengawal Mahfud.
Menanggapi yang dialami Mahfud, Luhut menilai kondisi tersebut tak wajar dan tidak adil jika Mahfud menerima perlakuan tersebut dari lembaga negara. Dia pun meminta Kapolda DIY untuk memperlakukan Mahfud sebagai Ketua MK dengan adil.
Di sisi lain, Luhut juga mengungkap alasan dirinya tanpa ragu memberikan bantuan kepada Mahfud. Hal ini lantaran didikan dan semangat ideologi yang sama yang terjalin sejak pertama kali dipertemukna Gus Dur.
"Gus Dur itu sama Pak Mahfud sayang banget, saya rasa kami sering bersama-sama dengan Gus Dur, waktu itu perusahaan saya bagus, jadi wong saya ga miskin juga kalo kasih duit segitu jadi bagi-bagi aja, yang saya kasih ke Pak Mahfud juga apa sih gak ada nilainya kecil menurut saya," pungkasnya.