Bisnis.com, JAKARTA - Secara mengejutkan, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil dan Suswono atau RIDO kalah dalam kontestasi Pilkada Jakarta 2024. Meski dapat dukungan penuh dari Presiden Ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) Presiden Prabowo Subianto hingga koalisi parpol KIM Plus, pasangan ini gagal meraih suara terbanyak.
Apabila menilik rekam jejak, paslon RIDO sebenarnga memiliki profil yang menarik. Seperti diketahui, Ridwan Kamil yang pernah menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat dan Walikota Bandung. RK, sapaan akrabnya, dipasangkan bersama Suswono, mantan Menteri Pertanian yang merupakan kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Awalnya, pasangan RK-Suswono dianggap sebagai kandidat kuat dengan jaringan politik yang luas dan rekam jejak yang mentereng. Namun, hasil rekapitulasi suara menunjukkan bahwa pasangan ini terpaut hingga 10% suara dari paslon nomor urut 03 Pramono Anung dan Rano Karno.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta resmi menetapkan pasangan calon (paslon) nomor urut 3 Pramono Anung-Rano Karno sebagai pemenang Pilkada Jakarta 2024 dengan perolehan 50,07% suara.
Berdasarkan data resmi KPU Jakarta, paslon Pramono-Rano unggul dengan perolehan suara sebesar 2.183.239 atau setara dengan 50,07% dari total suara. Paslon Ridwan Kamil-Suswono hanya mendapat 1.718.160 atau 39,4% dari total suara. Terakhir, paslon Dharma Pongrekun-Kun Wardana sebesar 459.229 (10,53%).
Pengesahan ini dilakukan langsung oleh ketua KPU Jakarta Wahyu Dinata di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta Pusat, pada Minggu (8/12/2024) siang.
Baca Juga
“Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim berita acara dan sertifikasi rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dari setiap kabupaten/kota dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur Daerah Khusus Jakarta tahun 2024 saya nyatakan sah,” ujarnya sembari mengetuk palu rapat.
Berdasarkan catatan Bisnis, paslon Pramono-Rano berhasil sapu bersih kemenangan di seluruh enam kabupaten/kota Daerah Khusus Jakarta, yaitu Kepulauan Seribu, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Pusat.
Di sisi lain, RIDO hanya unggul di dua kecamatan, yaitu di Pasar Rebo (Jakarta Timur) dan Cilincing (Jakarta Utara).
Berikut hasil rekapitulasi suara Pilkada Jakarta 2024 berdasarkan kabupaten/kota.
Hasil Rekapitulasi Suara Pilkada Jakarta 2024
1. Kepulauan Seribu
- Ridwan Kamil-Suswono: 6.578 suara
- Dharma Pongrekun-Kun Wardana: 653 suara
- Pramono Anung-Rano Karno: 7.456 suara
2. Jakarta Timur
- Ridwan Kamil-Suswono: 535.613 suara
- Dharma Pongrekun-Kun Wardana: 136.935 suara
- Pramono Anung-Rano Karno: 635.170 suara
3. Jakarta Utara
- Ridwan Kamil-Suswono: 261.463 suara
- Dharma Pongrekun-Kun Wardana: 77.026 suara
- Pramono Anung-Rano Karno: 328.486 suara
4. Jakarta Barat
- Ridwan Kamil-Suswono: 386.880 suara
- Dharma Pongrekun-Kun Wardana: 109.457 suara
- Pramono Anung-Rano Karno: 500.738 suara
5. Jakarta Selatan
- Ridwan Kamil-Suswono: 375.391 suara
- Dharma Pongrekun-Kun Wardana: 90.294 suara
- Pramono Anung-Rano Karno: 491.017 suara
6. Jakarta Pusat
- Ridwan Kamil-Suswono: 152.235 suara
- Dharma Pongrekun-Kun Wardana: 44.865 suara
- Pramono Anung-Rano Karno: 220.372 suara
Sumber: Hasil Rekapitulasi KPU Jakarta
Mengapa Ridwan Kamil (RK) Kalah di Pilkada Jakarta 2024?
Analis Komunikasi Politik dan Founder Lembaga Survei KedaiKOPI Hendri Satrio melihat bahwa meskipun mendapatkan dukungan resmi dari Jokowi dan Prabowo, tetapi Ridwan Kamil dan Suswono tidak mampu memanfaatkan momentum tersebut secara maksimal.
Dalam pidato kampanye dan berbagai kegiatan politik, Jokowi menyatakan keyakinannya terhadap kemampuan pasangan ini untuk memimpin Jakarta. Presiden ke-7 yang juga mantan Gubernur DKI Jakarta itu bahkan menyebutkan bahwa Ridwan Kamil memiliki pengalaman pemerintahan yang mumpuni dan visi yang jelas untuk ibu kota.
Meski demikian, Hendri menyatakan bahwa dukungan Jokowi dan Prabowo tidak cukup untuk mengatasi tantangan politik yang lebih kompleks di Jakarta. Pasalnya, Pilkada Jakarta sangat dinamis, dengan isu-isu lokal yang sangat khas, seperti kemacetan, perumahan, dan ketidaksetaraan sosial.
“Meskipun Ridwan Kamil memiliki track record yang baik di Jawa Barat, tetapi Jakarta membutuhkan solusi yang lebih konkret dan terukur untuk masalah-masalah tersebut," katanya kepada Bisnis, Selasa (10/12/2024).
Selain itu, strategi kampanye Ridwan Kamil dan Suswono dianggap kurang mampu menjangkau segmen pemilih muda dan masyarakat urban Jakarta yang makin menginginkan perubahan dalam cara pengelolaan kota.
Menurutnya, banyak pemilih merasa bahwa mereka membutuhkan pemimpin yang lebih berani dalam mengatasi isu-isu sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh ibu kota.
Kehadiran Jokowi, kata Hendri, sebenarnya justru memiliki dampak signifikan dalam beberapa kesempatan. Mengingat, beberapa kali blunder dilakukan oleh RIDO justru terselamatkan oleh cawe-cawe mantan wali kota Solo itu.
“Kalau di Jakarta, bila tidak didorong Jokowi malah akan lebih jelek lagi suara perolehan RK, tetapi memang di Jakarta tidak terlalu besar karena dikenal sebagai kota yang rasional dan kemudian Jokowi lebih redup bila di Jakarta dibandingkan Jawa Tengah,” pungkas Hendri.
Cawe-cawe Jokowi Tak Mempan di Jakarta
Sementara itu, CEO, Founder, dan sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago mengamini bahwa endorse tokoh akan berbeda pengaruhnya di masing-masing daerah.
Dia mengamini bahwa untuk paslon RIDO atau Ridwan Kamil-Suswono justru keok dari PDIP. Jakarta menjadi satu-satunya provinsi di mana calon gubernur dan wakil gubernur yang di-endorse langsung Prabowo Subianto dan Joko Widodo tidak berhasil menang versi hitung cepat atau quick count beberapa lembaga survei.
Pangi melihat bahwa intervensi dari Jokowi justru 'setengah-setengah' untuk mendukung RIDO di Jakarta. Berbeda untuk wilayah lainnya yang langsung menemui masyarakat untuk memberikan interaksi yang lebih persuasif.
Sementara itu di Jakarta, Jokowi hanya bertemu dengan pasangan calon RIDO dan relawan sehingga dampak signifikan itu tak terasa hasilnya.
“Kalau di DKI Jokowi hanya endorse biasa hanya bertemu dengan tim sukses dan relawan. Sementara di Jawa Tengah Jokowi langsung turun ke grass root dengan menyapa menyalami dan bertatap muka kontak mata langsung sama akar rumput ini,” tandas Pangi.
Apalagi, Pangi melanjutkan bahwa Jakarta sangat kompleks dan multikultural banyak etnis ada di Jakarta sementara di Jawa Tengah hanya ada etnis jawa yang dominan dan signifikan sehingga pemilih menjadi lebih rasional.
Selain itu, Pangi menyebut bahwa RIDO juga keok di Jakarta karena soal mesin pendukung yang banyak mematikan mesinnya. Meskipun memiliki partai koalisi yang gemuk (grand coalition), tetapi menjadi bumerang besar saat mereka mematikan mesin.
“Sementara Partai pengusung Pram-Rano hanya 1 partai, tetapi mesinnya bekerja sangat masif dan terukur. Endorse Anies Baswedan dan Ahok [Basuki Tjahaja Purnama] juga sangat dominan dan signifikan pengaruhnya di Jakarta. Isu juga sangat pengaruh, banyak RK melakukan blunder yang pro-kontra soal isu Janda, banyak program yang nggak populis,” tandas Pangi.
Komposisi Etnis di Jakarta Berdasarkan Sensus Penduduk
Etnis |
Persentase |
Jawa |
35,16% |
Betawi |
27,65% |
Sunda |
15,27% |
Tionghoa |
5,53% |
Batak |
3,61% |
Minangkabau |
3,18% |
Melayu |
1,62% |
Bugis |
0,59% |
Madura |
0,57% |
Banten |
0,25% |
Banjar |
0,1% |
Sumber: laporan Alvara Research Center
Layangkan Gugatan ke MK Demi Pilkada Jakarta Dua Putaran
Setelah ditetapkan kalah dalam hasil rekapitulasi suara oleh KPU Jakarta, Tim Pemenangan Paslon RIDO bakal menyiapkan gugaratan sengketa Pilkada ke Mahkamah Konstitusi (MK). Tim RIDO pun berharap Pilkada Jakarta 2024 dapat berlangsung dua putaran.
Ketua Tim Pemenangan RIDO Ahmad Riza Patria mengungkap alasan pihaknya menggugat penetapan rekapitulasi Pilkada Jakarta 2024 yang diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta. Dia mengatakan angka golongan putih (golput) di Jakarta mencapai 3,4 juta orang atau lebih tinggi dari perolehan suara pasanga calon (paslon) nomor urut 03 Pramono Anung-Rano Karno sebesar 2,1 juta suara.
Ariza menduga bahwa distribusi Surat Pemberitahuan Pemungutan Suara atau Form C6 yang tidak terdistribusi dengan baik merupakan penyebab tingginya angka golput. Padahal, dia menegaskan kondisi pada 27 November seperti 'cuaca tidak seharusnya' memengaruhi angka partisipasi.
Kondisi saat pencoblosan, lanjutnya, tidak hujan, tidak ada masalah yang berarti, tapi partisipasinya sangat rendah.
"Tim hukum RIDO mempelajari, melihat, meneliti, ternyata di antaranya masalahnya adalah banyak sekali warga Jakarta yang tidak mendapatkan undangan untuk memilih atau formulir C6. Inilah yang menyebabkan kami dari pihak pasangan RIDO akan mengajukan permohonan gugatan ke MK terkait beberapa masalah," ujarnya kepada wartawan saat ditemui di Media Center RIDO, Jakarta Pusat, Minggu (8/12/2024).
Mantan Wakil Gubernur Jakarta itu menegaskan pihaknya tidak menutup kemungkinan adanya faktor kesengajaan pada rendahnya angka partisipasi publik di Pilkada Jakarta kali ini.
Ariza, sapaan akrabnya, mengeklaim banyak mendapatkan laporan warga tidak menerima Form C6, bahkan adanya dugaan pengaruh ke tokoh masyarakat agar tidak datang ke TPS.
"Rata-rata tidak lebih dari 53% sedangkan rata-rata nasional, 68% sementara dulu saja ketika zaman pak Anies-Sandi hujan dua hari berturut-turut partisipasi tinggi sekali," kata Ariza.
Data Pemilih di Pilkada Jakarta 2024
Wilayah Jakarta |
Total DPT |
Perolehan Suara |
Golput |
Jakarta Timur |
2.374.828 |
1.425.834 |
948.994 |
Jakarta Barat |
1.909.774 |
1.069.002 |
840.772 |
Jakarta Selatan |
1.748.961 |
1.046.480 |
702.481 |
Jakarta Utara |
1.345.815 |
712.367 |
633.448 |
Jakarta Pusat |
813.721 |
455.549 |
358.172 |
Kepulauan Seribu |
20.908 |
15.161 |
5.747 |
Total |
8.214.007 |
4.724.393 |
3.489.614 |
Sumber: Komisi Pemilihan Umum (KPU) diolah
Di kesempatan sama, Tim Pemenangan RIDO Ramdan Alamsyah menyebut tim hukum telah menyiapkan PHPU ke MK untuk diajukan dalam tiga hari ke depan.
Gugatan ke MK itu disiapkan kendati KPUD Jakarta melalui hasil rekapitulasi telah mengumumkan Pramono-Rano meraup perolehan suara 2,1 juta suara atau 50,07% dari total suara yang ada. Artinya, pasangan yang hanya diusung oleh PDIP itu telah memenangkan Pilkada Jakarta 2024 satu putaran. Ramdan menyebut upaya gugatan ke MK itu adalah upaya mereka lewat jalur konstitusi.
"Mohon maaf, ini bukan melakukan upaya pencegahan orang menang, tidak. Kami menjadikan ini jalur konstitusi dan demokrasi agar ke depannya di 2029 nanti tidak ada penyelenggara maupun pengawas tidak menghargai yang namanya hasil dan kualitas dari suatu demokrasi," paparnya pada konferensi pers.
Untuk diketahui, KPU Jakarta mencatat bahwa tingkat Golput di Pilkada Jakarta mencapai 3.489.614 atau setara 42,48%.
Angka golput itu masih jauh lebih tinggi dari perolehan suara pasangan nomor urut 03 Pramono Anung–Rano Karno yang meraup suara 2.183.239 atau setara dengan 50,07% dari total perolehan suara. Hal itu membuat Pramono-Rano menjadi pasangan dengan suara terbanyak di Pilkada Jakarta dan membuat mereka menang satu putaran.