Pada 2008, ekonomi global runtuh dan hal ini berkembang menjadi krisis finansial terbesar dalam 100 tahun terakhir. Perekonomian di Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang terpuruk selama empat tahun.
Sementara itu, pada saat yang sama, Asia, dipimpin oleh China, "menambahkan" satu Jerman baru ke dalam peta ekonomi global. Laporan Dana Moneter Internasional pada 2013 menyebutkan jika perekonomian China telah berhasil menyamai Amerika Serikat diukur berdasarkan kesetaraan daya beli (purchasing power parity).
Dipimpin oleh China, sepuluh negara di Asia (Asia-10), termasuk India, Indonesia, Korea, Taiwan, Singapura, Filipina, Malaysia, Thailand dan Hong Kong kini memiliki Produk Domestik Bruto (PDB) yang hampir sama dengan Amerika Serikat, yaitu US$16 triliun.
Jika dilihat dari penciptaan permintaan baru, Asia telah melampaui Amerika Serikat sejak lama. Asia akan menciptakan permintaan baru US$1 triliun per tahun berkat pertumbuhannya yang mencapai 6,25% dengan basis US$16 triliun.
Pertumbuhan yang terus naik di Asia ini didominasi oleh China dan diikuti oleh India, Indonesia dan Korea Selatan.
Dalam waktu 25 tahun ke depan, kontribusi Asia terhadap pertumbuhan global akan terus naik semakin cepat dibandingkan sebelumnya. Asia akan membangun Zona Eropa pertamanya dalam waktu 9 tahun ke depan. Hanya dibutuhkan waktu 8 tahun untuk membangun Zona Eropa kedua dan 7 tahun untuk membangun yang ketiga.
Pada 2039, akan terbentuk tiga Zona Eropa dan sekitar 80% darinya akan berada di China. Perekonomian China pastinya memang melambat dan akan terus melambat dalam beberapa tahun ke depan.
Namun demikian, meski pertumbuhan PDB Cina melambat (7,5%), Asia saat ini menambahkan satu Jerman baru setiap 3,5 tahun sekali. Empat tahun lagi, Asia akan melakukannya dalam waktu 3 tahun. Empat tahun berikutnya, akan dibutuhkan waktu yang jauh lebih sedikit lagi.
Pada 2039, Asia akan menambahkan satu Jerman baru setiap 7 bulan sekali. Pergeseran gravitasi ekonomi tersebut merupakan sebuah perubahan struktural terbesar yang saat ini tengah berlangsung dalam perekonomian global. Hal ini hampir dipastikan akan menjadi salah satu pembawa perubahan terbesar - bahkan mungkin yang paling besar.
Melalui hasil riset DBS Asian Insights, Chief Economist DBS Bank David Carbon mengatakan bahwa pergeseran gravitasi ekonomi dari Barat ke Timur memang bukan hal baru, tapi kita telah mencapai tipping point. "Suatu titik di mana Asia tidak lagi terlalu kecil untuk dipedulikan."
Hal ini juga akan membawa perubahan besar pada struktur ekonomi dunia, yakni peralihan kekuatan secara bertahap dari kelompok tradisional menuju sebuah kelompok baru, yang memiliki banyak konsekuensi, salah satunya perubahan geopolitik.
Dalam jangka pendek, politik dapat menggerakkan perekonomian. Kehadiran satu Jerman baru setiap 7 bulan sekali, tiga Zona Eropa dalam waktu 25 tahun dan seterusnya, tentunya akan mempengaruhi tatanan dunia. www.dbs.com/insights/indonesia