Jakarta, 2 Mei 2019 - Setelah merilis hasil riset mengenai brand e-commerce mana yang menjadi top of mind di mata konsumen pada tahun lalu, MarkPlus, Inc., selaku perusahaan konsultan marketing serta riset, kembali menggelar riset serupa.
Tema utama kali ini adalah untuk melihat brand e-commerce mana saja menjadi favorit perempuan, serta seberapa jauh e-commerce mempermudah kehidupan atau memberdayakan segmen tersebut. Karena tentu saja kehadiran e-commerce selaku platform belanja online, memiliki benefit dan pengalaman transaksi berbeda dibanding membeli langsung di gerai atau offline.
"Termasuk juga behaviour atau perilaku berbelanja di platform online tersebut. Apa yang mendorong para perempuan bertransaksi di e-commerce hingga seperti apa e-commerce bisa mempermudah hidup mereka," ujar Head of Communication, Hi-Tech and Media Industry MarkPlus, Inc. Rhesa Dwi Prabowo selaku penanggungjawab riset bertajuk Women & E-Commerce Survey 2019 #UntukPerempuan tersebut.
Dari sisi brand mana yang menjadi pilihan dan top of mind perempuan, pemain-pemain besar seperti Shopee, Tokopedia, sampai Zalora menjadi brand besar yang sering disebut namanya di survei.
Dan secara umum dari semua brand e-commerce, Shopee berhasil mengungguli brand lain dengan persentase 56%. Setelah itu baru diikuti oleh Tokopedia dan Lazada yang terpaut cukup jauh, yaitu sebesar 16,3% dan 11,8%.
Untuk pilihan brand e-commerce yang bergerak di bidang fashion pun, sebagai salah satu interest perempuan dalam berbelanja, Shopee tetap menjadi pilihan utama walau ada brand khusus fashion seperti Zalora. Shopee meraih persentase sebanyak 50,2%, di mana Zalora sendiri ada di posisi dua dengan persentase 9,5%, diikuti Lazada dengan 8,8%.
Ada 3 faktor utama pemicu perempuan merekomendasikan sebuah brand e-commerce kepada rekannya yang lain. Pertama adalah banyaknya promo, lalu harga produk lebih murah, baru faktor gratis ongkir.
Namun jika dilihat dari sisi manfaat berbelanja lewat e-commerce, mayoritas perempuan dalam survei setuju kehadiran platform belanja online tersebut mempermudah bertransaksi dibanding harus ke toko langsung. "Bisa dilakukan di mana saja dan hemat waktu. Hal ini tentu menarik, karena bukan faktor harga terjangkau yang menjadi pertimbangan utama berbelanja online. Tapi ketika merekomendasikan brand, harga jadi salah satu faktor utama," sambung Rhesa.
Karena harga tentu saja menjadi faktor utama yang membuat seberapa banyak perempuan menghabiskan uang ketika belanja di e-commerce. Dilihat dari usia, perempuan 18 sampai 41 tahun menghabiskan kurang dari Rp 250.000 sekali transaksi.
Berbeda dengan usia 42 sampai 55 tahun, yang menghabiskan antara Rp 250.000 sampai Rp 500.000 dalam sekali transaksi. Walau begitu, frekuensi berbelanja di e-commerce bagi perempuan setengah baya ini tidak sesering perempuan usia 18 sampai 41 tahun.
Riset sendiri dilakukan dengan sekitar 1.200 sampel meliputi wilayah di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, sampai Bali. Rentang usia yang diambil mulai dari 18 tahun sampai 55 tahun, di mana mayoritas ada di kisaran 24 sampai 29 tahun dengan mata pencaharian sebagai karyawan swasta. Dari waktunya, riset dilakukan pada bulan Februari 2019.