Arti dan Sejarah Panggilan Gus, Serta Siapa Saja yang Berhak Dapat Gelar Tersebut

Menilik arti, sejarah, dan siapa saja yang berhak mendapat gelar "Gus".
Tokoh Agama Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah) menyapa wartawan setibanya di kediaman Presiden Terpilih Prabowo Subianto di Jakarta, Selasa (15/10/2024) Bisnis/Himawan L Nugraha
Tokoh Agama Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah) menyapa wartawan setibanya di kediaman Presiden Terpilih Prabowo Subianto di Jakarta, Selasa (15/10/2024) Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Panggilan "Gus" menjadi kontroversi di media sosial setelah viral video Gus Miftah dengan penjual es teh.

Diketahui, Gus Miftah menjadi sorotan publik setelah melontarkan kata-kata kurang sopan tersebut penjual es teh di pengajian yang diadakan di Magelang, Jawa Tengah.

Tindakannya tersebut kemudian dikomentari oleh netizen yang mengatakan bahwa seorang "Gus" seharusnya bisa memberikan contoh.

Terlebih saat orang tersebut dikenal sebagai ulama terkenal yang kerap menyebarkan ajaran agama kepada masyarakat luas.

Media sosial pun ramai menyoroti gelar "Gus" yang diberikan kepada Miftah Maulana Habiburrahman. Panggilan "Gus" pun ikut menjadi kontroversi yang banyak dipertanyakan oleh publik.

Arti dan Sejarah Panggilan "Gus"

Melansir KBBI, Gus merupakan panggilan atau julukan yang diberikan kepada anak laki-laki. Gus diambil dari kata "Bagus" atau yang artinya tampan.

Adapun melansir NU Online, Gus diberikan untuk mereka yang berstatus sebagai seorang putra kiai. Gelar ini juga biasanya disematkan untuk mereka yang menjadi keturunan pemilik pondok pesantren.

Panggilan ini juga tak terbatas untuk mereka yang memiliki keturunan kiai. Namun juga bisa diberikan untuk seorang mubaligh.

Namun dalam sejarahnya, KH Abdurrahman Al-Kautsar atau yang akrap disapa Gus Kautsar mengatakan bahwa gelar Gus merupakan sebuah penghormatan.

Ia menjelaskan bahwa penghormatan tersebut diberikan oleh masyarakat di wilayah Jawa Timur, kepada orang yang kebetulan dilahirkan dari para ulama yang memiliki karya, atsar, atau peninggalan dalam hidupnya.

"Artinya, Gus itu sama sekali bukan penghormatan kepada dirinya. Tapi ini adalah menghargai jasa-jasa orang tuanya,” ujarnya, melansir dari NU Online.

Penjelasan Ulama

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis Plus logo

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro